Dr. Agus Haryanto Menjadi Peneliti Tamu di Jinan University

Dr. Agus Haryanto, Kepala Laboratorium Hubungan Internasional, FISIP UNSOED menjadi peneliti tamu selama tiga pekan, mulai 18 November-9 Desember 2018 di Universitas Jinan, Guangzhou, China. Dalam kegiatan ini, Dr. Agus Haryanto melakukan beberapa aktivitas akademik seperti memberikan kuliah di kelas, kuliah umum, dan diskusi dengan peneliti Hubungan Internasional dan Southeast Asian Studies di Universitas Jinan.
Salah satu diskusi yang dihadiri para peneliti di Univ Jinan adalah pasang surut hubungan Indonesia – China. Dalam diskusi ini, Dr. Agus mengungkapkan bagaimana hubungan Indonesia dengan China yang sudah baik pada era Soekarno. Bahkan, Indonesia menjadi negara awal yang mengakui China dibawah komunis. Namun, hubungan kedua negara mengalami penurunan di awal kepemimpinan Soeharto untuk kemudian normalisasi pada tahun 1990. Kemudian, krisis finansial yang menerpa Indonesia menjadi titik balik hubungan kedua negara dimana China memutuskan untuk membantu Indonesia melalui kebijakan memberi bantuan dan berjanji tidak mendevaluasi mata uangnya. Kini, hubungan kedua negara semakin membaik seiring pertumbuhan kerja sama ekonomi kedua negara.
Dalam keterangannya Dr Agus Haryanto mengatakan: “Kegiatan ini sebagai inisiasi awal kedua institusi yaitu Laboratorium Hubungan Internasional dengan Institute of Southeast Asian Studies dan Jurusan International Studies di Universitas Jinan untuk melakukan penelitian di tahun-tahun selanjutnya.” Mengenai agenda penelitian lanjutan, Dr Agus Haryanto menyatakan bahwa kedua institusi sedang menjajaki kemungkinan kerja sama penelitian di Indonesia yaitu mengenai pemilu tahun 2019 dan sistem pendidikan di Indonesia. Dr Agus menyatakan dua tema tersebut diajukan oleh Universitas Jinan. Sedangkan dari Laboratorium Hubungan Internasional mengajukan mengenai kerja sama pengembangan produk ekspor ke China dan isu mengenai kerja sama penanganan kejahatan transnasional.
Mudah-mudahan inisiasi peneliti tamu dan penelitian ke depan membawa manfaat bagi kemajuan akademis kedua negara. HI hebat!

Pada tanggal 11 sampai 15 November 2018, Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) Universitas Jenderal Soedirman mengadakan Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (PNMHII) yang ke-30 di Purwokerto, Jawa Tengah. KOMAHI mengerahkan lebih dari 200 orang panitia untuk menyukseskan penyelenggaraan acara. Pertemuan tersebut dihadiri oleh 370 mahasiswa lebih dari 60 universitas yang ada di seluruh Indonesia, dari Indonesia bagian barat sampai Indonesia bagian timur.
Pada hari Selasa, 6 November 2018, Jurusan HI Universitas Jenderal Soedirman mengadakan lokakarya akademik di Table Nine Kitchen. Lokakarya ini merupakan upaya jurusan untuk melakukan peninjauan dan perbaikan dalam bidang akademik. Lokakarya akademik ini dihadiri oleh para dosen dan mahasiswa Jurusan HI. Wakil Dekan III FISIP Bapak Ahmad Sabiq berkenan memberikan sambutan dan membuka acara mewakili Dekan yang berhalangan hadir.

Dalam paparannya, Ibu Tunjung Linggarwati, M.Si menyampaikan kiat-kiat supaya produk gerabah dari Pejagatan diminati oleh masyarakat dan pembeli. Tidak hanya itu, personalitas para perajin atau pengurus bagian pemasaran juga memegang peranan penting, seperti keramahan dan kesediaan untuk menjawab semua pertanyaan dan permintaan pembeli. Regenerasi juga merupakan isu yang tidak kalah penting, supaya kearifan lokal gerabah Pejagatan bisa terus terjaga. Paling tidak, para pemuda bisa berperan dalam pemasaran menggunakan dunia internet.
Salah satu dosen Jurusan Hubungan Internasional (HI), Sri Wijayanti, M.Si, lolos seleksi untuk mengikuti program pelatihan singkat di Belanda. Program ini merupakan Program Short Course LN Gel-2 Bidang Social Sciences and Humanities dan Spiritual Pedagogy tahun 2018 yang diselenggarakan oleh Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) RI.
Pada tanggal 26 September 2018, salah seorang staf pengajar Jurusan Hubungan Internasional, Nuriyeni K. Bintarsari S.IP MA, telah mempresentasikan makalah ilmiahnya yang berjudul The Cultural Genocide in Australia: A Case Study of the Forced Removal of Aborigine Children From 1912-1962. Nuriyeni menjelaskan dan menganalisis mengenai praktek pengambilalihan paksa anak-anak Aborigin dari keluarga untuk diadopsi oleh keluarga-keluarga kulit putih di Australian, atau bahkan dimasukkan ke dalam sekolah khusus yang dikelola oleh pemerintah Australia pada waktu itu.
