“Table Manner Course” di Hotel Santika

Jurusan Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman mengadakan Table Manner Course di Hotel Santika Purwokerto pada hari Selasa, 28 November 2017. Acara ini merupakan rangkaian dari kegiatan praktikum Simulasi Sidang WTO (World Trade Organization) yang berlangsung tiap hari Selasa pada bulan November ini. Sebelumnya, simulasi sidang telah melakukan upacara pembukaan dan pertemuan informal untuk membahas isu agrikultur dalam perdagangan internasional. Acara table manner kali ini merupakan ajang diplomasi negara-negara anggota WTO untuk melakukan lobi-lobi politik mengenai kepentingan besar mereka dalam isu agrikultur.

Table Manner Course ini dihadiri oleh para dosen, mahasiswa HI angkatan 2016, serta asisten praktikum dari angkatan 2015. menampilkan beberapa performa dari perwakilan tiga kelompok negara, yaitu kelompok negara maju, kelompok negara industri baru, dan kelompok negara berkembang. Lagu dan pesta dansa menjadi performa unggulan masing-masing kelompok.

Sebelum memulai acara inti table manner, acara ini dibuka oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dr. Jarot Santoso, M.Si. Pak Jarot menyampaikan apresiasi mengenai acara ini dan turut mengikuti sampai acara table manner selesai.

Pihak Hotel Santika menyampaikan hal-hal yang terkait table manner, baik sebelum, saat, maupun setelah selesai table manner. Sebelum memulai tata krama di meja acara, pihak panitia menyampaikan beberapa hal: (1) ketika diundang, kita harus melakukan konfirmasi bisa atau tidak dengan segera; (2) pakaian, sesuaikan dengan acara; (3) waktu, jangan sampai datang terlambat; (4) jangan duduk sebelum dipersilakan dan pahami ladies first; serta (5) telepon genggam di-silent taruh tas, tas ditaruh di sebelah kiri, dan jaket disandarkan di kursi.

Semoga acara ini bermanfaat bagi para mahasiswa di masa depan.

HI hebat!

Kuliah Umum Kementrian Luar Negeri: Hubungan Bilateral Indonesia-Afrika dan Diplomasi Publik

Pada tanggal 24 November 2017, Kuliah Umum bertajuk “Dinamika Hubungan Bilateral Indonesia-Afrika dan Peran Pemuda Dalam Diplomasi Publik” digelar di Aula FISIP Universitas Jenderal Soedirman. Acara ini terlaksana berkat kerjasama antara Kementrian Luar Negeri sebagai penyelenggara utama yang bekerja sama dengan FISIP Unsoed, dan terselenggara sejak pukul 07.30 hingga pukul 11.30. Dengan moderator Maiza H. Ash Shafikh, kuliah umum bertajuk talkshow ini menghadirkan tiga orang narasumber, yaitu dua orang berasal dari Kemenlu; Bapak Arif Suyoko, Kepala Sub Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Indonesia di Luar Negeri dan Bapak Fery Iswandy, Kepala Sub Direktorat III Direktorat Afrika di Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, serta seorang narasumber yang merupakan dosen jurusan Hubungan Internasional FISIP Unsoed yaitu Ibu Ayusia Sabitha Kusuma. Acara ini dibuka langsung oleh Dr Jarot Santoso selaku Dekan FISIP Unsoed, dan diakhiri dengan pemberian kenang-kenangan kepada pihak Kemenlu dari FISIP Unsoed.

Kuliah umum sendiri dimulai dengan pemaparan ketiga narasumber mengenai materinya masing-masing. Dimulai dengan Bapak Arif Suyoko yang memaparkan mengenai diplomasi publik dan pentingnya membangun citra Indonesia untuk mendapatkan teman sebanyak-banyaknya. Disini, pemuda memiliki banyak peranan melalui berbagai program pertukaran pelajar maupun pertukaran seni dan budaya serta program-program semacam Friends of Indonesia. Pemaparan materi dilanjutkan oleh bapak Feri Iswandy yang menyampaikan mengenai dinamika hubungan bilateral Indonesia dan Afrika yang masih sangat kurang meskipun potensi yang dimiliki Afrika dari sisi ekonomi sangatlah besar. Ibu Ayusia melanjutkan dengan menerangkan mengenai Bandung Spirits yang menjadi akar dari ikatan yang dimiliki oleh Indonesia dan Afrika semenjak era Perang Dingin.

Dari Kuliah Umum yang diadakan, kita dapat melihat bahwa Afrika merupakan daerah yang memiliki potensi tinggi namun citra yang relatif buruk dengan isu mengenai konflik, organisasi kejahatan, penyakit, dan berbagai citra buruk lainnya. Dapat dikatakan bahwa Afrika tidak memiliki diplomasi publik yang baik. Disini pemuda dapat berperan melalui pertukarann pelajar maupun pertukaran seni dan budaya untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat Indonesia seperti apa Afrika sesungguhnya, yang ternyata juga memiliki potensi yang kaya, sehingga citra Afrika dapat sedikit diperbaiki agar pemilik usaha di Indonesia tidak ragu untuk menanamkan modal di Afrika, sebelum kesempatan tersebut diambil oleh negara lain. Diharapkan, mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, sebagai pemuda, dapat turut andil dalam diplomasi publik yang melibatkan Afrika maupun negara-negara lain, melalui program-program yang telah dicanangkan oleh Kemenlu, maupun melalui cara-cara mereka sendiri sebagai generasi yang kreatif dan telah dibekali dengan berbagai alat tekhnologi yang canggih.

HI hebat!

Diskusi Publik Masa Depan Catalonia

Pada tanggal 21 November 2017, hari Selasa, Soedirman Center of Global Studies (SCGS) yang merupakan Laboratorium Jurusan Hubungan Internasional FISIP UNSOED bekerja sama dengan KOMAHI menggelar diskusi mengenai masa depan Catalonia yang menyatakan memisahkan diri dari Spanyol. Diskusi kali ini menghadirkan pembicara Renny Miryanti, M.Si dan Muhammad Yamin, M,Si dengan moderator Andika Dewantara.

Renny Miryanti memulai dengan identitas Catalan yang masih kuat melekat dan menggambarkan posisi Catalan bagi Spanyol. Dalam bidang ekonomi misalnya saja ekspor, Catalonia menyumbang ekspor mencapai 70.000 juta euro. Jumlah ini hampir dua kali lipat dari ekspor wilayah lain seperti Madrid dan Valencia yang merupakan urutan kedua dan ketiga dalam sumbangsih ekspor. Secara kesejahteraan, Catalonia merupakan salah satu wilayah yang memiliki pendapatan tertinggi di Eropa.

Namun, untuk berpisah dari Spanyol bukanlah perkara yang mudah. Catalonia juga harus keluar dari EU, padahal Catalonia bisa menikmati kesejahteraan ekonomi karena berbagai kemudahan di EU. Sedangkan UE sendiri baru bersikap sehari setelah referendum dan tidak mendukung kemerdekaan Catalonia. Oleh karena itu, menurut Renny Miryanti, sulit kemungkinan Catalonia berpisah dari Spanyol.

Muhammad Yamin juga menyatakan hal senada. Bahkan menurutnya ada beberapa wilayah di Spanyol yang saat ini juga ingin memisahkan diri seperti Basque, Andalusia, Valencia, dan beberapa wilayah lain. Jika Catalonia mampu memisahkan diri, maka kemungkinan wilayah lain juga akan berusaha untuk memisahkan diri juga.

Muhammad Yamin juga memaparkan fakta terbaru dimana setelah referendum ada sekitar  19.000 perusahaan dari 50.000 perusahaan di Catalonia yang keluar. Perusahaan – perusahaan tersebut menganggap situasi yang tidak stabil akan mengganggu ekonomi.

Diskusi ini juga menghadirkan diskusi yang hangat dari mahasiswa maupun dosen yang hadir seperti pertanyaan – pertanyaan menggelitik mengenai bagaimana status Barcelona jika Catalonia berpisah dari Spanyol, kemungkinan kudeta, dan sejarah Jenderal Franco.

HI hebat!!!

Seminar Beasiswa S2 dan Wawancara Kerja

Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) Universitas Jenderal Soedirman mengadakan Seminar Beasiswa S2 dan Interview Kerja pada hari Kamis, 15 November 2017. Seminar ini bertempat di Aula FISIP Unsoed dan mengundang mahasiswa-mahasiswa baik dari FISIP maupun fakultas lain untuk bergabung dalam seminar yang mengangkat jargon “Graduate! What next?” ini. Dibuka oleh Wakil Dekan Bidang III Ahmad Sabiq, M.A dengan sambutan oleh pembimbing KOMAHI Soni Martin, M.A acara ini dimulai pada pukul 09.00 WIB dan dimoderatori oleh Maiza H. Ashafikh, M.A. Sebagai pembicara, dihadirkan Rahmawati Wulansari, S.Psi M.Si, dosen Fakultas Kedokteran Unsoed sekaligus psikolog AA Diamond dan RS Bunda Arief untuk memberikan kiat-kiat mengenai wawancara kerja. Dihadirkan pula Catur Yuliani Respatiningsih sebagai perwakilan Erasmus Mundus dan Aan Andri Yano, S.Pt sebagai perwakilan LPDP untuk memberikan penjelasan mengenai beasiswa-beasiswa S2 baik di dalam maupun di luar negeri.

Melalui seminar ini, mahasiswa yang hadir diajak untuk mengenal teknik-teknik agar dapat diterima di dunia kerja, terutama teknik dalam menulis surat lamaran pekerjaan yang merupakan tahap awal dari rangkaian seleksi kerja dan teknik menghadapi tes wawancara yang umumnya merupakan tahapan terakhir yang menentukan diterima atau tidaknya seseorang. Tema ini diangkat karena kurangnya materi dan pelatihan mengenai tahap wawancara seleksi kerja dan banyaknya peserta seleksi yang gugur pada tahap ini. Diharapkan, dengan seminar ini, mahasiswa memiliki pengetahuan awal mengenai teknik wawancara kerja. Selanjutnya, dipaparkan mengenai beasiswa S2 bagi mahasiswa yang berminat untuk melanjutkan studi ke jenjang berikutnya, Masing-masing pembicara dari pihak LPDP dan Erasmus membagi pengalaman selaku penerima beasiswa dan menerangkan tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mendapatkan beasiswa, yang masing-masing berbeda. Tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh mahasiswa yang hendak mendaftar dipaparkan dalam diskusi, termasuk tantangan yang harus dihadapi paska penerimaan beasiswa.

Dalam seminar ini, mahasiswa diajak untuk mengetahui berbagai persiapan yang harus dilakukan sebelum menghadapi seleksi kerja dan beasiswa. Diharapkan, mahasiswa yang belum lulus mampu melihat seminar ini sebagai kesempatan untuk mengetahui persiapan-persiapan apa saja yang harus dilakukan sebelum melamar pekerjaan ataupun mengajukan beasiswa, sehingga setelah lulus mahasiswa telah memiliki persiapan matang melebihi pesaing-pesaing lain. Dengan demikian, diharapkan peluang bagi mahasiswa UNSOED untuk lolos dalam seleksi kerja maupun beasiswa menjadi semakin meningkat.

Semoga di masa mendatang semakin banyak mahasiswa UNSOED yang lolos dalam beasiswa S2 ini.

HI hebat!

Sosialisasi Penelitian dan Pengabdian LPPM

Dua perwakilan staf pengajar Jurusan Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman, Soni Martin Anwar dan Arief Bakhtiar D. mengikuti “Sosialisasi Panduan Program Riset UNSOED” di Aula Gedung LPPM UNSOED pada hari Selasa, 15 November 2017.

Pertemuan dibuka oleh Kepala LPPM Prof. Suwarto yang menegaskan kembali bahwa LPPM mengejar luaran penelitian bagi para peneliti yang telah lolos dari program riset sebelumnya.Seperti yang dikatakan oleh Prof. Suwarto, dosen yang belum memenuhi janji luaran tidak boleh mendaftar riset lagi. Oleh karena itu, LPPM telah membuat sistem untuk melihat apakah janji-janji luaran telah dipenuhi oleh peneliti, dan peneliti diwajibkan mengunggah bukti luaran pada saat monev.

Skema penelitian yang dibahas terdiri dari lima skim: Riset Unggulan UNSOED (Pengembangan dan Terapan), International Research Collaboration, Riset Institusi, Riset Peningkatan Kompetensi, dan Riset Dosen Pemula. Dosen non-PNS boleh menjadi anggota atau membuat proposal untuk skema Riset Dosen Pemula dengan syarat telah membuat minimal NIDK. Untuk proposal riset baru, waktu untuk paling lambat upload adalah 30 November 2017, sementara penelitian multitahun menyusul setelah seminar hasil diselenggarakan.

Dalam sosialisasi kali ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh para pengusul proposal. Pertama, satu orang dosen hanya boleh mengusulkan sebanyak dua penelitian. Kedua, pengusul tidak mempunyai tunggakan luaran dari riset yang didanai oleh LPPM. Ketiga, pengusul tidak sedang tugas belajar.

Pada tahun ini, pembicara mengatakan bahwa penenutan program riset untuk Riset Institusi akan dipindah ke fakultas. LPPM akan menyurati para dekan, dan kemudian dekan membentuk atau menunjuk unit kerja tertentu untuk mengurus dan menyeleksi proposal yang masuk. Jatah Riset Institusi per fakultas ditentukan berdasarkan rasio jumlah dosen per fakultas. Mekanisme pengumpulan proposal akan diberitahukan kemudian.

Semoga Jurusan HI bisa terus memberikan kontribusi dengan penelitian dan pengabdian yang bermutu dan bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

HI hebat!

Upacara Pembukaan Praktikum Sidang WTO

Jurusan Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman mengadakan upacara pembukaan simulasi sidang WTO (World Trade Organization) pada hari Selasa, tanggal 14 November 2017 di Ruang Sidang Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Pertemuan ini merupakan bagian dari kuliah praktikum WTO di Jurusan HI untuk angkatan 2016. Upacara pembukaan ini diselenggarakan dalam rangkaian pertemuan menuju simulasi sidang praktikum WTO.

Dalam sidang simulasi WTO, staf pengajar yang mengampu praktikum ini adalah Renny Miryanti, S.IP., M.Si. Dan Sri Wijayanti, S.IP, M.Si., dibantu oleh Dr. Agus Haryanto dan Arief Bakhtiar D., M.A. Staf pengajar tersebut menjadi pembimbing praktikum yang dibagi menjadi tiga kelompok negara, yaitu kelompok negara maju, kelompok negara industri baru, kelompok negara berkembang. Arief Bakhtiar D., M.A. menjadi pembimbing kelompok negara maju, Renny Miryanti, M.Si menjadi pembimbing kelompok negara industri baru, sementara Dr. Agus Haryanto menjadi pembimbing kelompok negara berkembang.

Dalam menjalankan tugasnya, dosen pembimbing mendapatkan bantun dari asisten praktikum yang terdiri dari mahasiswa Jurusan HI angkatan 2015. Mahasiswa tersebut adalah Reza Syabani sebagai koordinator asisten praktikum; Noorfa Adrianie, Fitri Adziza, dan Bhilla Aliffitria sebagai asisten kelompok negara maju; Desiamy Annisa, Putri Rizky, dan Monika Paskah sebagai asisten kelompok negara industri baru; serta Nadya, Regina Della, dan Gita Talia sebagai asisten kelompok negara berkembang.

Setelah upacara pembukaan, pertemuan informal WTO akan diselenggarakan pada hari Selasa tanggal 22 November 2017 di ruang yang sama, untuk kemudian dilanjutkan kepada acara table manner di Hotel Santika sekaligus lobi-lobi politik untuk menentukan posisi negara.

HI hebat!

Kelas Diaspora dan Migrasi Internasional Belajar di Gerakan Sedekah Cilacap

Selama empat tahun terakhir, Gerakan Sedekah Cilacap telah menyalurkan bantuan untuk masyarakat ekonomi lemah di wilayah Kabupaten Cilacap. Awalnya bantuan diberikan dalam bentuk bantuan tunai, lalu berkembang dalam bentuk bantuan tempat tinggal, bantuan produktif, bantuan kesehatan seperti ambulans dan bantuan pendidikan. Sebagian besar dari dana bantuan ini bersumber dari pekerja migran Indonesia yang sedang bekerja di luar negeri dan sianya berasal dari sumbangan dalam negeri.

Terkait dengan hal ini, mata kuliah Politik Diaspora dan Migrasi Internasional melakukan kunjungan ke markas Gerakan Sedekah Cilacap untuk mempelajari kehidupan migran, dalam hal ini buruh migran Indonesia. Dalam kunjungan ini peserta kelas melakukan diskusi dengan Ketua GSC Bapak Hidayat dan Koordinator Harian Ibu Kholia. GSC digerakkan sepenuhnya oleh sukarelawan yang bekerja di seluruh Kabupaten di Cilacap untuk menyalurkan bantuan bagi masyarakat yang membutuhkan. Dari diskusi ini dipelajari bagaimana BMI berkontribusi pada perekonomian nasional tidak hanya melalui devisa, namun juga bantuan langsung pada masyarakat miskin di daerah mereka tinggal. Hal ini dapat terjadi dengan adanya komunikasi antar individu yang memiliki inisiatif kuat yakni para penggerak GSC dengan para BMI di luar negeri. Selain pengelolaan di Cilacap, terdapat organisasi Gerakan Sedekah di masing-masing negara pengirim.

Memahami Daya Saing Nelayan di Pesisir Jawa Bagian Selatan

Pada hari Senin tanggal 30 Oktober 2017, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman mengadakan lokakarya penelitian bertajuk “Strategi Pemerintah Daerah dalam Meningkatkan Daya Saing Nelayan Tradisional di Wilayah Pesisir Pulau Jawa Bagian Selatan”. Penelitian tersebut merupakan penelitian dari tiga pembicara utama dari Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Jakarta, yaitu Dr. Asep Kamaluddin, M.Si, Dr. Ni Putu Eka, M.Si, dan Dr. Kusumajanti, M.Si.

Acara ini merupakan kerja sama antara Soedirman Center of Global Studies (SCGS) HI UNSOED dan Program Studi Hubungan Internasional UPN Jakarta. Acara yang berlansung di Ruang Sidang FISIP UNSOED tersebut dibuka oleh Dekan FISIP Dr. Jarot Santoso, M.S., dengan moderator Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc.Sc dan penanggap Dr. Agus Haryanto, M.Si yang merupakan staf pengajar Jurusan HI UNSOED.

Pembicara pertama Dr. Asep Kamaluddin, M.Si menyampaikan penelitian ini dari sudut pandang ilmu hubungan internasional. Menurut Morgenthau (1954), kekuatan ekonomi laut berawal dari konteks pemikiran strategis yang mengarah pada kekuatan nasional mengenai pemanfaatan dan pengembangan sumber daya alam. Dr. Asep menyampaikan, pengukuran kekuatan nasional meliputi kontrol atas sumber daya, kontrol terhadap aktor, kontrol terhadap kejadian dan hasil. Contoh kontrol sumber daya adalah tidak boleh pakai puket harimau, sementara kontrol terhadap aktor adalah meningkatkan pemerintah dan non-negara (organisasi nelayan). Kontrol terhadap kejadian dan hasil menempatkan data-data yang terukur untuk melihat perkembangan yang terjadi. Menurut penelitian yang telah dilakukan, pantai-pantai di Gunung Kidul menghasilkan kekuatan ekonomi sebesar 69 miliar rupiah per tahun. Salah satu masalah yang ada adalah kepemilikan kapal. Sementara negara-negara lain memiliki kapal yang memproduksi langsung sarden atau kornet langsung di kapal sehingga begitu di pantai sudah ada pembeli yang menunggu, nelayan di pantai Gunung Kidul tidak mampu membeli kapal ratusan juta seperti itu.

Pembicara kedua Dr. Ni Putu Eka, M.Si menyampaikan penelitian melalui sudut pandang ekonomi-politik. Seperti pemaparan yang disampaikan Dr. Eka, nelayan tradisional di pesisir Jawa bagian selatan lebih banyak menggunakan perahu kendaraan 10 Gross Ton. Tempat pelelangan ikan di sana merupakan tempat bertemunya nelayan tradisional dan pembeli.

Masalah yang muncul adalah, nelayan tradisional di Malang Selatan tidak ada yang merupakan warga masyarakat dari Malang Selatan. Nelayan tradisional yang ada berasal dari Sidoarjo, Bugis, Banyuwangi, bahkan Jakarta. Di Malang Selatan sendiri, masyarakat lebih memilih kerja dalam pertanian. Hal ini mirip dengan situasi di Bali. Nelayan di Bali Utara berasal dari Pandeglang, karena masyarakat Bali memilih menjadi pengukir, melukis, dan sebagainya yang berkaitan dengan aktivitas kreatif.

Yang menjadi bahaya, menurut Dr. Eka, bagaimana jika dalam beberapa tahun ke depan nelayan-nelayan tersebut bekerja di perusahaan-perusahaan penangkapan ikan besar luar negeri, yang mampu memberi gaji cukup setara nelayan tradisional lainnya. Dengan kapal yang memadai, mereka bahkan bisa transaksi di tengah laut, tanpa harus ke Tempat Pelelangan Ikan.

Dalam hal ini, kondisi ideal yang harus menjadi pemikiran kita dari sisi ekonomi adalah SDA nelayan bisa berperan dalam Penerimaan Negara Bukan Pajak (retribusi) Pemda. Tapi memang ada dilema, yaitu ketika nelayan meningkatkan penangkapan dengan pukat harimau, padahal itu berbahaya bagi kelangsungan siklus hidup ikan. Dari sisi politik, dukungan anggaran pemerintah terhadap sektor perikanan masih jauh di bawah sektor pertanian, karena ikan belum menjadi makanan mayoritas penduduk Indonesia. Generasi masyarakat Indonesia adalah generasi yang kurang mengkonsumsi protein nabati. Hal itu masih ditambah lagi, misalnya di Malang Selatan, cold storage untuk ikan jauhnya 15 km dari tempat nelayan. Fasilitas kurang memadai.

Pembicara ketiga Dr. Kusumajanti, M.Si menyampaikan hasil penelitian dari sisi komunikasi. Dari sisi komunikasi, kelompok nelayan merupakan sumber kekuatan nelayan tradisional. Kelompok ini dapat menentukan harga jual serta menentukan titik-titik pengambilan ikan. Dalam kelompok inilah pemerintah dan nelayan bisa bekerja sama. Misalnya, dalam penukaran alat tangkap pukat harimau dengan alat tangkap yang lebih ramah lingkungan yang disediakan pemerintah. Sebab, jika memakai pukat harimau, ikan-ikan kecil hanya akan dibuang ke laut. Itu sebabnya ikan jadi habis. Jadi sampai Desember 2017, program penukaran semacam itu akan terjadi di Indonesia.

Model komunikasi kelompok yang baik menurut Dr. Kusumajanti adalah model interaksional, yaitu memanfaatkan pengalaman nelayan maupun pemerintah sendiri dan berbagi informasi. Antaranggota kelompok mesti memiliki keterbukaan, dan kelompok yang terbuka lebih mudah untuk mengerjakan sesuatu.

Semoga pemaparan hasil penelitian ini mampu memberikan tambahan pengetahuan, wawasan, dan kontribusi terhadap kemajuan ekonomi laut Indonesia.

HI hebat!

Merayakan ASEAN: Membangun Perdamaian dan Perkembangan Kultural di Asia Tenggara

Pada tanggal 29 Oktober 2017, Korps Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman mengadakan seminar bertajuk “ASEAN Network: Peace, Democracy, and Culture in ASEAN 2017”. Seminar terbatas ini dilaksanakan di Aula FISIP UNSOED dan dihadiri oleh 50 peserta. Peserta yang hadir berasal dari berbagai universitas, seperti UNSOED, UMP (Universitas Muhammadiyah Purwokerto), dan IAIN (Institut Agama Islam Negeri) Purwokerto, serta belasan mahasiswa asing dari Malaysia, Thailand, dan Tiongkok.

Kegiatan ini merupakan satu bagian dari kontribusi KOMAHI UNSOED sebagai bagian dari Forum Komunikasi Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia (FKMHII) Korwil 4 (wilayah Jawa Tengah dan DIY) untuk bersama-sama memahami perdamaian, demokrasi, dan kultur di kawasan Asia Tenggara. Dengan ini, generasi muda mampu memposisikan diri dalam memajukan kampanye ASEAN, yaitu “One ASEAN One Identity”.

KOMAHI menampilkan dua pembicara yang relevan dengan semangat di atas. Pembicara pertama adalah Arief Bakhtiar D. yang merupakan staf pengajar Jurusan Hubungan Internasional UNSOED. Pembicaa kedua adalah Ahmad Rizky Mardhatillah Umar yang merupakan peneliti di Pusat Studi ASEAN Universitas Gadjah Mada. Pembicara pertama menampilkan tema besar perdamaian melalui materi penyelesaian melalui jalur diplomasi dalam sengketa Laut Tiongko Selatan, sementara pembicara kedua menampilkan tema besar sosio-kultural melalui materi kemajuan dan perkembangan identitas bersama di kawasan. Dua tema besar tersebut merupakan dua dari tiga pilar Komunitas ASEAN, yang berupa pilar keamanan, pilar ekonomi, dan pilar sosio-kultural.

Semoga acara ini mampu memperluas wawasan dan mempertajam pengetahuan kita mengenai isu-isu baru di kawasan Asia Tenggara yang berkorelasi dengan kemajuan ASEAN.

HI hebat!

Lokakarya Akreditasi: Menuju HI yang Berkualitas

Pada hari Senin tanggal 23 Oktober 2017, Jurusan Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman mengadakan lokakarya akreditasi di Libero Cafe & Resto. Lokakarya akreditasi ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sesi pagi adalah seminar yang diisi oleh Prof. Dr. P. Israwan Setyoko, dan sesi siang adalah rapat akreditasi jurusan yang dipimpin Muhammad Yamin, M.Si selaku ketua jurusan HI.

Lokakarya akreditasi ini dirancang sebagai bagian untuk meningkatkan serta menjaga kualitas pendidikan dan pengajaran terus dilakukan HI UNSOED. Tujuan akreditasi adalah meningkatkan kualitas program studi yang ada melalui penyempurnaan penilaian akreditasi atau mengevaluasi nilai akreditasi yang sudah diperoleh. Seperti telah diketahui, akreditasi program studi menjadi tolok ukur yang digunakan sebagai dasar untuk mengukur dan menetapkan mutu serta kelayakan program studi sarjana dalam menyelenggarakan program-programnya.

Dalam lokakarya tersebut, tim akreditasi dari HI UNSOED telah menyelesaikan beberapa poin dari tujuh borang akreditasi yang dibutuhkan, yang selanjutnya diperiksa dan dikoreksi oleh Prof. Israwan. Untuk menuju pengerjaan borang yang berkualitas, tim akreditasi akan terus menyempurnakan pekerjaan-pekerjaan yang telah dilakukan selama ini. Melalui lokakarya ini, jurusan HI UNSOED diharapkan akan mampu berbenah ke arah yang tepat, yaitu menuju program studi yang berkualitas.

HI hebat!

istanbul escort bayan